Teruntuk kamu yang telah terlanjur aku cinta. Memang, yang aku tahu cinta itu indah seperti layaknya taman bunga yang sedang bermekaran.
Memang, yang aku tahu cinta itu menyenangkan, layaknya mendapatkan hal baru yang telah kau dambakan.
Namun rasanya, semua itu berubah saat aku tahu aku menggengam hal yang seharusnya tak aku genggam, yaitu kamu. Aku tak pernah menyalahkan rasa cinta yang kupunya, hanya saja terkadang aku tak bisa sadar bahwa tak seharusnya aku percaya terlalu awal bahwa cinta tak pernah mengkhianati pemiliknya. Kamu, seperti senja. Indah, namun hilang di telan kegelapan. Ya, kamu hilang di telan oleh rasa sakit dan kecewa yang kupunya.
Aku tak pernah tahu, bahwa mencintaimu akan sesakit ini. Seperti layaknya di medan perang, aku adalah pasukan yang siap mati demi memperjuangkanmu, sedangkanmu dirimu? Hanya menunggu untuk kuperjuangkan. Apakah risiko mencintaimu memang sesakit ini? Yang aku tahu, cinta memang harus sama–sama berjuang, namun dalam hal ini aku tahu aku hanya berjuang sendiri, dan aku terlalu takut menerima kenyataan bahwa aku memiliki cinta sendiri, bukan berdua bersamamu.
Terkadang, aku hanya ingin perasaan ini berada pada tempatnya, pada rumahnya yang seharusnya, yaitu dirimu. Namun sepertinya, sebelum perasaan ini sampai di rumahnya, dia sudah ditolak saat dalam perjalanan untuk membuktikan cintanya. Mengharapkanmu mencintaiku? Rasanya sulit.
Seperti tali yang tiba – tiba dipotong lalu disatukan kembali, memang menyatu tapi seperti dipaksakan. Seperti itulah perasaanku, pupus tanpa harapan dan seperti dipaksakan. Padahal aku tahu, bahwa dirimu telah menjadi milik orang. Aku terlalu peduli padamu, padahal diriku sedang berada dalam posisi yang menyakitkan.
Aku tak pernah berharap banyak, karena aku tahu semua harapanku hanya goresan kecil tak berarti dan mimpi – mimpi semu yang tak akan terwujud. Tapi setidaknya, biarkan aku melihatmu dan memelukmu meski hanya dalam diam. Biarkan aku menerima kenyataan bahwa ini hanyalah ‘cinta bertepuk sebelah tangan’ saat berada dalam pelukmu. Memang sulit, memang sakit, tapi setidaknya berada dalam pelukmu terakhir kali mampu menyadarkanku bahwa kamu bukanlah hal yang harus kugenggam lebih lama.
Dari awal ,
Memang tak seharusnya aku berharap lebih pada rasa cinta yang aku punya untukmu .
Memang , tak seharusnya aku percaya bahwa kamu akan menjadi milikku.
Memang , tak seharusnya aku menolak kenyataan bahwa aku berada dalam posisi cinta bertepuk sebelah tangan.
Dan memang , tak seharusnya aku menggenggam hal yang tak seharusnya aku genggam dari awal , yaitu dirimu .
0 Comments