Header Ads Widget

 


Ticker

6/recent/ticker-posts

Untukmu Mantan , Dari Aku Yang Masih Menunggu Dan Berharap

Hasil gambar untuk comeback to my life

Halo, apa kabarmu? Aku harap kamu dalam kondisi yang luar biasa setiap harinya.

Bagaimana denganku? Setelah hari itu aku berusaha baik.

Namun, harus aku akui, lepas darimu bukanlah hal mudah.

Kenapa? Memori itu terus berdatangan. Terus menghantui pikiran ini, padahal aku tak pernah berharap untuk hal itu kembali. Kenangan manis saat kita bersama itulah yang membuatku tak bisa menerima kenyataan ini.

Aku sendiri tak mampu menghapuskan itu, bagaimana kamu bisa mampu? Mungkin karena aku bukanlah yang terbaik yang pernah kamu dapatkan. Aku tak bisa menyangkal itu, aku bukanlah yang baik, bahkan, untuk kamu yang hebat.

Pada akhirnya, harus aku akui, aku belum bisa melupakanmu. Karenanya, aku terus bertahan di sini, dan berharap akan keajaiban itu. Keajaiban apa? Apa lagi kalau bukan kembalinya "Kita".

Ya, "Kita", kamu dan aku, bersama.

Tak bisa kuelak lagi, aku masih sayang, cinta, makanya terus berharap ada kesempatan lain. Kesempatan untuk mengulang masa-masa yang telah aku sia-siakan karena egoisme tak berujung.

Namun, apakah kamu merasakan hal serupa? Aku pun tak mengetahuinya, kamu sudah pergi, jauh. Dalam mimpiku tiap malam, kamu selalu di situ, tapi tak bisa kugapai. Halusinasi antiklimaks yang membuatku terbangun dengan rasa bersalah dan tak berdaya.

Teringat akan kebodohan dan kesalahanku yang tak menghargai kehadiran dan keindahan yang ada di depanku, yaitu kamu.

Ingatkah ketika semua orang tak mendengarkanku, bahkan lupa akan eksistensiku.

Kamu jadi satu-satunya yang hadir dan memberikanku rasa bahagia. Kembali harus aku akui, belum ada yang bisa mengalahkan kemampuanmu itu. Kamu memang, luar biasa. Kamu itu, kamu, terima kasih telah menjadi dirimu sendiri saat kita bersama.

Kamu yang selalu memanjakan dan memahami setiap perbuatanku, kamu itu sempurna. Kamu juga yang bisa menahan dan memaklumi egoku yang tak kalah dengan samudera Hindia. 

Tak ada yang bisa melakukan apa yang telah kamu perbuat untukku. Namun, tampaknya semua itu harus aku kenang saja. Aku yakin, kamu sudah lelah. Lelah akan keeksentrikan otakku yang selalu membuatmu menghela napas panjang. Maaf, mungkin tak cukup, tapi itu yang bisa aku berikan.

"Kita" yang selalu berharap akan terus sampai impian kita itu harus pupus, dan aku minta maaf.

Maafkan karena aku tak bisa menjadi yang kamu mau, maaf jika aku terus membuatmu merasa tak bahagia dan maaf kalau aku belum bisa dewasa. Memang benar, seseorang tak akan menyadari betapa berharganya pasangannya sampai akhirnya harus kehilangannya. 

Aku menyadari bahwa kehilanganmu itu adalah salah satu kepingan hidup yang akan sulit aku jahit kembali. Semua tentangmu adalah indah, tak pernah kusadari, maafkan aku.

Maafkan juga karena telah menyakiti dirimu. Maafkan aku yang tak acuh ketika kamu sendiri telah melihat keruntuhan hubungan kita ini. Maaf atas ketidakpekaanku.

Hari itu kita kembali bertatap muka. 

Memang bukan yang pertama kalinya. Aku melihatmu bahagia, makanya aku bahagia. Kita saling tatap, tapi layaknya orang tak saling kenal. “Aku tak apa-apa”, itu yang selalu terucap dari mulut ini saat teman-temanku bertanya.

Memangnya apa yang harus aku bilang? Aku ini lelaki, harus kuat bukan? Namun, sekuat-kuatnya aku, distorsi dalam diri ini kembali merusak hati yang kepingannya belum selesai aku bangun kembali.

Lagi, harus aku katakan, aku belum mampu.

Tak mampu bahkan untuk menghapus senyummu, merelakan kenyataan ini dan meninggalkan semua kenangan itu. Jujur saja, masih adakah kesempatan untuk "Kita"? Jawablah sesuai kemauanmu, karena aku masih menunggu. Menunggumu membalikkan punggung itu dan menatap. Menatapku seperti saat kita bersama.

Untuk kamu, yang dulu pernah mengisi lembaran ini, aku masih menunggu dan berharap. Menunggu dan berharap agar kita bisa melewatkan lembaran sobek ini dan menuliskan kenangan baru, bersama.

Dari aku yang di sini, karena kesalahanku sendiri, berharap untuk kembali.

Post a Comment

0 Comments