Entah berapa banyak lagi kalimat yang harus ku tulis hanya untuk memujimu dalam diam. Entah berapa banyak lagi puisi yang harus aku rangkai untuk sekedar melepas resahnya hati ini merindukanmu dan entah berapa banyak lagi waktu yang aku butuhkan hanya untuk menunggu kepastian hatimu ada untukku atau memang semua yang aku lakukan hanyalah kehampaan yang tak kunjung datang hingga menuai tanya dalam hati , mungkinkah aku sudah terjebak dalam buaian asa yang semakin terasa.
Banyak hal yang aku lakukan hanya untuk mendapatkan perhatian darimu , entah berapa liku yang ku jalani hanya untuk mendapatkan peka darimu tentang perasan hati yang semakin memburu jiwa untuk bertindak , namun apapun yang aku lakukan seakan terasa percuma , hambar terasa hingga diri ini mulai lelah mengejar kepastian yang tak pernah menjadi nyata.
Kau tak peka dengan apa yang ku lakukan untukmu , apakah harus aku tunjukkan kepada waktu dengan cara kasarku agar kau paham ? Agar kau mengerti dengan sadar jika aku sangat mencintaimu , rindu tentangmu ini sangat menyiksa diri. Kenapa kau diam saja saat maata ini menatapmu dalam harap yang tak luntur di telan nafsu. Kenapa kau acuhkan bahasa tubuhku tentang rindu yang terpendam begitu lama dalam hati ini hinga kau tak menaruh sedikit saja rasa perhatian dalam hariku hingga hati ini selalu berdebar menanti jawaban dari mu.
Kau kenapa ? Aku harus bagaimana ? Apakah harus aku benci saja kau atau aku harus sayang ? Aku tak bisa melakukan semua tindak kasar terhadap dirimu dan yang jelas belahan jiwaku bahkan hatiku selalu berkata inginkanmu ada di dalam hidupku.
Kau kenapa ? Kenapa kau tak bilang saja tentang apa yang kau rasakan terhadapku. Jangan siksa hariku dengan senyum manjamu , padahal itu hanya permainan ramahmu , sementara hatimu tak pernah ada untukku. Aku mohon jangan kau tatap mataku dengan harapan kosong hingga membuatku semakin sulit untuk melangkah jauh perlahan tinggalkan harapan yang semakin besar ini.
Katakan saja kepada waktu , seandainya kau tak sanggup mengatakan kepada diriku , jika hatimu memang tak akan pernah terbagi untukku. Aku tak akan menyalahkan apapun dengan semua yang kau lakukan terhadapku , namun tidak dengan cara begini , kau diam , kau acuh dan kau selalu meminta perhatian dariku dalam hariku.
Apa yang kau mau dariku , apa yang kau harapkan dariku. Kau telah buat perasaan ini terbang jauh ke negeri bidadari namun setelah itu kau jatuhkan lagi ke permukaan bumi dengan seenaknya. Aku telah berusaha melupakan semua yang aku rasakan tentangmu , akan tetapi tidak bisa , tak bisa kulakukan. Jangankan untuk melupakanmu satu hari saja , bahkan satu detik saja aku tak sanggup , rasanya harus menyingkirkan senyummu berlabuh dalam waktuku.
Jika ada cara lain , katakan kepadaku. Dengan cara apa lagi aku harus mengatakan hal ini kepadamu agar kau paham , agar kau mengerti tentang apa yang aku rasa tentangmu , tentang cinta dan rindu yang kini di telan pilu hingga membisu. Entah dengan cara apalgi waktu untuk aku tanya tentang bagaimana perasaanmu terhadapku , bahkan melihatmu menganggapku ada saja seakan itu sulit aku tebak ada dalam hatimu.
Hingga kelelahan harapku mulai berlabuh dalam kata jenuh , hati pun mengelu dalam sengsara yang kini merana. HIngga kesadaranku mulai kambuh untuk mulai berkata waras jika dirimu hanyalah rindu yang terasa , sementara cinta yang tak akan pernah ada.
Haruskah aku melupakan semua yang pernah hadir dalam hati tentangmu. Apakah aku harus melenyapkan segala rasa yang tersimpan dalam rindu tentangmu begitu saja tanpa harus aku buktikan kepada dunia tentang hadirmu pernah ada di dalam hidupku atau memang semua aku tiadakan saja , biarku berbohong kepada dunia tentang perasaanku kepadamu yang tak pernah terungkap nyata dalam hamparan bahagia.
Jika semua hanyalah semu , jika semua hanyalah air mata yang menjadi tuntuan hati , maka akan ku lepas dan jalani ritual itu agar tidak ada lagi jiwa yang terluka , tidak ada lagi waktu yang merasa tersinggung dengan keberadaan piluku memikrikanmu hingga sampai pada titik akhir. Kehadiranmu hanyalah tetesan embun di pagi hari , terasa sejuk namun tak mampu bertahan hingga mentari kembali pulang.
Namun , apa pun itu. Waktu mengejekku tentang memujimu dengan cinta , aku tak akan marah dan tak merasa tersinggung karena buktinya memang ada jika aku pernah kalah dengan perasaan ku sendiri , kalah dalam mengungkapkan rindyu yang pernah menjadi raja dalam waktu.
Aku akan tanggung akan segala hal yang menyeru tentang diri yang tak sanggup menahan rasa rindu itu terlalu lama , namun sebelum semua berlalu , maka tak akan ku biarkan menjadi beku dan semua menjadi palsu. Karena apapun yang ku lakukan untukmu merupakan bagian dari cerita cinta yang pernah aku dapatkan disini dan aku tak akan merasa jika cinta terlalu kejam menindas diriku ini.
Cinta ya cinta, rindu ya rindu, perpaduan yang sempurna jika tak ada air mata dan pengorbanan dalam meniti jalan untuk menuju satu tujuan bahagia di akhir cerita nanti. Dan aku percaya, jika saat ini hadirmu memang terlalu menyiksa batinku untuk pergi, mungkin itu alasanya untuk aku beranjak menuju tempat lain yang memang telah dipersiapkan bahagia untukku. Jadi, tak ada salahnya jika saat ini aku belajar menerima pelajaran dari cinta dan rindu ini kepadamu. Selain kau memang indah untuk dicintai, tapi kau juga indah dalam memberiku pelajaran dalam menghormati cinta hadir dalam hidupku.
Untukmu yang terindah, maka aku sebut namamu dengan indah pula, terima kasih hadirmu pernah ada dalam waktuku. Aku memang pernah jera akan kata rindu, lelah akan akan cinta yang tak pernah kau anggap ada dalam harimu, namun terima kasih bukan untuk rasa sakit itu, air mataku itu dan bukan untuk rasa rindu itu, namun terima kasih untuk rasa cinta itu yang pernah kau hidangkan dalam waktu hingga aku belajar banyak tentang cinta yang sesungguhnya.
Jika hati ini pernah berkata resah tentang hadirmu, maafkan aku jika itu terlalu egois untuk kau rasa. Jika rindu pernah berkata jika senyummu begitu sulit dihilangkan dari peredaran pikirku, maka maafkan aku yang terlalu mengtuhankan emosi dalam memilikimu dan jika tingkah laku begitu merepotkan kesalmu hingga menuai benci dalam hatimu, maafkan adaku hingga membuatmu begitu engan melepas pikir dalam tidurmu tentang sikap kasarku.
Apapun itu, perlahan tak akan aku biarkan kau merasakan hal yang sama sepertiku karena aku yakin kau tak akan pernah sanggup menanggung segala perasaan yang tertanam dalam hati tanpa ada jawab sedikitpun. Akhir dari kata rindu mungkin tak akan pernah sanggup untuk aku jabarkan dalam sebuah puisi dan akhir dari cerita ini, rasanya tak akan sudah jika harus aku tuliskan disini, namun paling tidak aku pernah meninggalkan sebuah tanda hadirmu dalam waktuku jika aku pernah melakukan ini untukmu walaupun hanya tulisan usang ini. Dalam hatiku kau akan selalu indah bahkan dihadapan tuhanku, namamu akan selalu menjadi bait dalam doa itu agar kau bahagia dalam hidupmu bersama seseorang yang ditakdirkan hadir nyata dalam hidupmu kelak.
0 Comments