Tidak banyak dari kita yang beruntung bisa mendapatkan kisah cinta yang indah seperti di dongeng. Terkadang kita merasakan sakit dan kecewa yang amat sangat dalam. Putus cinta , gagalnya dalam rumah tangga , hingga kehilangan . Seolah bumi dan seisinya tidak menghendaki dirimu bahagia , kamu merasa tuhan terlalu baik padamu lalu kamu terpuruk di jalan yang tak sepantasnya. Untuk kamu yang sedang berputus asa , kamu layak untuk merasakan bahagia.
Cinta itu ibaratkan pisau dengan sisi yang tajam , berani main pisau ya harus siap tersayat. Sayangnya kadang luka itu begitu menyayat , membuat kita tak sekedar patah hati. Sering kali menangis saja tak cukup membuat lega. Tak mengapa , menangis saja , menangis sampai dirimu merasa sesak oleh air mata itu. Menangis saja , biarkan rasa sedihmu keluar mengalir bersama air mata.
Menghabiskan waktu bersama , berbagi canda tawa , suka duka . Ketika tiba saat nya berpusah , seakan semua kenangan itu menguap. Yang ada hanya kebencian. Setiap langkahmu seakan membawamu kembali padanya , seperti noda yang berputar di satu tempat.
Kamu merasa semua usahamu sia - sia. Ingatlah ini , semakin besar harapanmu maka akan semakin besar juga rasa kecewamu. Cobalah terima kenyataan. Hubungan kalian telah berakhir , tapi tidak dengan hidupmu. Waktu akan terus berjalan tanpa menunggumu. Meski mungkin kamu harus merangkak seperti anak bayi , lakukan !.
Putus cinta bukan sekedar berpisah lalu selesai. Satu sisi terkadang memiliki pengharapan yang lebih. Dan sisi itu yang mengalami luka paling dalam. Mereka bilang tak ada trauma cinta , karena mereka tak pernah merasakan pahitnya kegagalan. Yang cuma bisa berkata , belum tentu bisa menjalani. Tak mengapa , wajar jika kamu mengalaminya. Tak ada yang bisa menyalahkanmu.
Hari - harimu masih berlalu seperti biasa , kamu masih berjalan di atas bumi. Kamu masih tertawa ketika sahabatmu membuat lelucon. Kamu masih menyukai es cream dan coklat favoritmu. Kamu benar - benar bangkit , kata mereka . Yang tak prnah kamu atau orang lain sadari . Perlahan hatimu membeku , hatimu mengeras tanpa kamu mint. Pengalamanmu membuatnya begitu. Tak mengapa , bukan salahmu.
Seperti biasanya , kamu tertawa , kamu hangout , kamu menjalani seluruh aktivitasmu seperti biasanya. Persoalanmu juga tidak akan pernah pudar , kamu benar - benar kembali seperti dulu kala , meski tak sepenuhnya. Lantas banyak yang mendekatimu , kamu menerima hadirnya mereka seperti seharusnya. Hanya saja seharusnya itu adalah pertemanan.
Di matamu , mereka sekedar teman yang asik. Teman yang bisa mendengar keluh kesahmu . Tapi ketika pertemanan itu menunjukkan langkah lebih dekat , kamu mundur dengan perlahan. Kamu tak bisa menerima hal itu. di pikiranmu hanya muncul rasa takut. Kamu takut dikecewakan kembali. Tak mengapa , bukan salahmu.
Ketika sahabatmu memamerkan kemesraan di depanmu, kamu tak merasa iri. Kamu tersenyum seperti biasa. Bagimu itu hal yang lumrah, status jomblomu tak mengusikmu sama sekali. Hal ini membuat sahabatmu merasa tak enak hati. Mereka mengkhawatirkan dirimu, sedang kamu? Jauh didalam hatimu kamu juga mendambakan kasih sayang. Kamu ingin merasakan debar cinta lagi. Kamu ingin merasakan manisnya ucapan selamat pagi. Tapi kamu terlalu takut. Sekali lagi tak mengapa, bukan salahmu.
Kamu bisa dibilang seseorang yang kuat, kegagalanmu mungkin saja fatal. Tapi secepat itu kamu bisa bangkit, itu hebat. Fisik bisa nampak, tapi psikis tentunya tak banyak yang tau, bahkan diri sendiri. Apa jadinya jika ternyata kamu rapuh, sungguh rapuh. Kamu mencoba mengingkarinya.
Pengalaman diselingkuhi membuatmu berfikir, mungkin menjadi selingkuhan tak ada salahnya. Kamu pengecut jika memiliki pemikiran seperti ini. Kamu bodoh. Tapi tak mengapa, bukan sepenuhnya salahmu.
Kamu sungguh mengetahui batasan dari dirimu. Dirimu mulai bisa menerima keadaan, memfokuskan diri pada hal lain bagimu adalah pilihan yang cukup bijak. Bukan sekedar menjalani hari-hari seperti biasa. Bekerja atau menyelesaikan studi menjadi prioritas utamamu. Kamu tak lagi terusik dengan pendapat orang lain. Kamu memang layak bangkit sepenuhnya.
Tuhan tak pernah meninggalkan umat-Nya dalam keadaan apapun, terlebih dalam keadaan terpuruk. Dirimu yang merasa cinta pada manusia merupakan tujuan awalmu, mulai perlahan menyadari kesalahanmu. Sujud-sujudmu taklagi berisi tangisan, munajatmu tak lagi tentang pengharapan cinta. Dalam barisan do’a yang kamu lantunkan, berisi rasa syukur akan hidup yang kamu dapatkan. Memang sepatutnya seperti itu.
Terakhir namun bukan akhir, kamu layak sekali untuk berbahagia. Meski hatimu menuntut sebuah pengisian, kamu tak lantas terburu-buru lagi. Kamu memikirkan semua dengan begitu matang. Bagimu, bahagia tak sepatutnya memaksa. Tertawalah dalam balutan do’a, meski hatimu pernah tercabik. Kamu layak untuk bahagia.
Ingatlah hati yangpernah terkoyak, Tuhan tak akan memberi kesedihan selamanya. Sebuah pesan dariku yang hatinya terkoyak dua kali, yang membekukan hati sebegitu dalam.
0 Comments