Tak ada rotan , akar pun jadi. Begitu pepatah yang mengungkapkan pernyataan bila sesuatu yang di perlukan tapi tidak ada , maka sesuatu yang ada saja yang kita gunakan. Bahkan , sesuatu yang ada ternyata lebih baik di bandingkan sesuatu yang diperlukan tapi tak ada. Seperti itulah posisi seorang nenek di hidup cucunya jika ayah dan ibunya sudah tidak bisa memantau dan memerhatikan anak - anaknya.
Kebanyakan anak di luar sana dengan mudah dan penuh bahagia menceritakan kisah sayang ayah dan ibunya karena mereka dengan mudah juga merasakan kasih sayang dari ayah ibunya. Akan tetapi , hidup seorang anak yang dekat dengan neneknya berbeda dengan anak - anak yang akrab dengan orang tuanya. Ia pasti lebih jarang menceritakan kasih sayang ibu dan ayahnya.
Tanpa kehadiran kasih sayang dari seorang ayah dan ibu tidak menjadi masalah tapi hidup tanpa kehadiran seorang nenek ternyata akan merasakan kangen yang luar biasa. Kangen akan kasih sayangnya yang lembut dan perhatiannya yang menyentuh dan didikannya yang mengingatkan. Ia yang selalu bersama - sama menemanimu , merawat bahkan membimbing perjalanan hidup kalian hingga dewasa.
Perbedaan jaman memang membuat kami berbeda dan sulit untuk sependapat. Namun , dari perbedaan jaman juga memberikan sebuah pelajaran dan makna kehidupan agar hidup ini tidak menjadi sia - sia.
Pagi buta , hari masih gelap dan seisi rumah masih terlelap dengan tidurnya masing - masing , tetapi ia sudah melakukan aktivitasnya. Setelah terbangun dari tidurnya dan melakukan segala aktivitasnya. Dengan terburu - buru ia langsung beranjak ke dapur untuk menyiapkan sarapan . Bukan untuk mencari perhatian melainkan itulah bukti nyata kasih sayang yang ia berikan.
Nenek jauh lebih hebat mengatur keuangan jika di bandingkan dengan ibu. Misalnya , dengan uang beberapa puluh ribu rupiah saja , ia bisa memasak masakan yang sangat enak walaupun hanya masakan sederhana. Tapi hanya makanan sederhana saja bukanlah masalah karena masih bisa makan saja pun sudah bersyukur itu adalah motto dari hidup saya.
Nenek seringkali mendidik dan mengajarkan cucu - cucunya segala hal. Mulai dari cara berbicara dengan orang lain , cara menghargai orang lain , mengatur uang , cara menjadi manusia yang lebih dewasa. Hal itulah yang berulang kali ia bicarakan agar cucunya berubah menjadi orang yang lebih baik lagi , terutama agar harapannya tercapai.
Ayah dan ibu memang menyediakan segala kemudahan dan kenyamanan. Segala hal mereka sediakan, mulai dari uang jajan hingga siaran tv kabel. Lalu, mereka memberi handphone agar kami tetap berkomunikasi.
Tetapi, hal itu sama sekali tidak ampuh untuk memiliki hubungan yang erat dan merasakan kasih sayang dari ayah dan ibu. Karena, memiliki hubungan yang erat bukanlah hanya kuantitas tapi kualitas yang menentukan. Seperti halnya pergi dengan nenek ke pasar bersama, masak bersama, makan bersama, menonton tv bersama, bahkan tidur pun tak bisa terpisahkan. Dengan begitu, posisi ayah dan ibu hanyalah sibuk dengan pekerjaannya sehingga mereka melupakan kewajibannya sebagai orang tua.
Ayah dan ibu selalu beranggapan uang bisa memberikan segala hal. Mereka memberikan uang dengan nominal yang besar tapi tetap kasih sayang dari mereka tak tampak. Nenek pun pernah memberi uang, tapi dengan nominal yang tidak sebanyak yang ibu berikan namun ia memberikan alasannya, ia mengatakan “ Ini uang nenek satu-satunya, sisa uang belanja kemarin, pakailah, nenek tahu hari ini kamu tidak diberi uang sama ibumu. Pakailah, untuk jajan di sekolah “ mendengar perkataan seperti itu, air mata menetes di pipi dengan senyum bangga. Di saat itulah kumulai mengerti bahwa uang begitu berharga. Uang bukan hanya sekadar didapat lalu dengan bebas menggunakannya, tapi harus perlu bijaksana menggunakannya lalu disimpan suatu saat akan ada waktu di mana kita akan membutuhkannya.
Rumah sudah berbeda. Ruang , jarak dan waktu pun sudah jauh berbeda , tapi perbedaan ruang , jarak dan waktu tidak menjadi penghalang bagi nenek untuk tetap berkomunikasi dengan cucunya. Bukan dengan handphone seperti yang ayah ibu lakukan , tetapi berkunjung , berjumpa dan bertatap muka. Senang , takjub dan terharu itulah reaksiku melihat nenek ada di depan mataku.
Rasa rindu denganku telah menguasai dan mengalahkan rasa cemas dan rasa takutnya untuk melalui perjalanan agar berjumpa denganku. Aku memang tidak seperti anak - anak lainnya yang mendapatkan kasih sayang dari orang tua masing - masing , akan tetapi dari diri seorang nenek , aku mendapatkan kasih sayang yang sesungguhnya , didikan yang luar biasa berguna bagi hidup dan masa depanku.
Saat ini , aku bagaikan burung yang sudah dewasa , dapat terbang sendiri dan berada di luar kandangnya. Terima kasih nek , tanpamu aku tidak berarti. Aku percaya , namaku akan selalu ada di setiap ucapan doa mu , begitu juga namamu akan selalu ada di dalam setiap doaku . Aku mencintaimu nek , dari cucumu yang selalu merindukanmu pagi , siang , sore malam.
0 Comments